Perekonomian Tumbuh, Tapi Dompet Tetap Tipis: Ada Apa?

Perekonomian Tumbuh, Tapi Dompet Tetap Tipis: Ada Apa?

Perekonomian Tumbuh, Tapi Dompet Tetap Tipis: Ada Apa?

Jakarta – Pemerintah mengklaim pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan tren positif. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) nasional naik 5,2% pada kuartal pertama tahun 2025. Namun, di sisi lain, masyarakat masih mengeluhkan daya beli yang lemah, situs slot online harga kebutuhan pokok yang terus naik, dan tabungan yang semakin menipis.

Lantas, mengapa ekonomi tumbuh tapi isi dompet masyarakat tetap terasa cekak?


Pertumbuhan Perekonomian Tidak Merata

Menurut ekonom dari Universitas Indonesia, Dr. Yuni Kartika, salah satu penyebab utama adalah pertumbuhan ekonomi yang tidak inklusif.

“Sektor-sektor yang mendorong pertumbuhan—seperti tambang, industri berat, dan ekspor—tidak banyak menyentuh kehidupan masyarakat kelas menengah ke bawah secara langsung,” ujarnya.

Pertumbuhan yang tinggi bukan berarti otomatis kesejahteraan masyarakat meningkat. Jika tidak di sertai dengan pemerataan pendapatan dan penciptaan lapangan kerja yang layak, maka angka-angka makroekonomi bisa menipu.


Upah Tertinggal Perekonomian, Harga Melaju

Fakta lain yang mengganjal adalah kenaikan harga barang dan jasa. Harga sembako, BBM, serta tarif listrik mengalami penyesuaian dalam beberapa bulan terakhir. Sementara itu, kenaikan upah minimum di berbagai daerah di nilai belum mampu mengimbangi inflasi.

“Pendapatan naik tipis, tapi pengeluaran naik drastis. Akhirnya banyak orang merasa gajinya cuma numpang lewat,” kata Siti Nurhaliza, karyawan swasta di Jakarta.


Gaya Hidup dan Tekanan Sosial

Tak bisa di pungkiri, pola konsumsi masyarakat juga ikut berpengaruh. Di era digital saat ini, tekanan untuk “hidup sesuai tren” meningkat. Media sosial, paylater, dan kemudahan berutang membuat banyak orang terjebak dalam gaya hidup yang melebihi kemampuan finansialnya.

“Kadang bukan karena penghasilannya kurang, tapi karena pengelolaannya yang belum bijak,” kata Eko Prasetyo, perencana keuangan.


Solusi? Butuh Kolaborasi

Masalah ini tak bisa hanya di bebankan pada individu. Perlu kebijakan pemerintah yang lebih pro-rakyat seperti subsidi tepat sasaran, program perlindungan sosial yang efisien, slot online serta peningkatan produktivitas UMKM yang bisa menyerap tenaga kerja dan menggerakkan ekonomi lokal.

Di saat yang sama, literasi keuangan juga harus terus di tingkatkan agar masyarakat bisa lebih bijak mengelola penghasilan di tengah ketidakpastian ekonomi.


Penutup: Pertumbuhan untuk Siapa?

Pertumbuhan ekonomi memang penting, tapi yang lebih penting adalah siapa yang menikmati pertumbuhan itu. Selama kesenjangan ekonomi masih tinggi dan daya beli rakyat belum pulih, angka-angka statistik belum cukup untuk di sebut sebagai keberhasilan.

 

Similar Posts